CONTOH LAPKAS OM ULKUS TRAUMATIKUS

CONTOH LAPKAS OM ULKUS TRAUMATIKUS 


Pada dasarnya laporan di kedokteran gigi sangat banyak, sehingga terkadang kita malas untuk membuat suatu laporan dari awal, pada kesempatan kali ini saya menampilkan salah satu laporan kasu oral medicine terutama ulkus traumatikus, yang merupakan salah satu lesi jaringan lunak mulut kasus lokal, sedikit menjelaskan tentang ulkus traumatikus beserta data data pemeriksaan baik ekstra oral dan intra oral yang diperoleh untuk menengakkan suatu penyakit tersebut, semoga nantinya bermamfaat, laporan kasus ini merupakan tugas wajib bagi setiap mahasiswa kedokteran gigi khususnya universitas baiturrahmah.
 Disini saya akan sedikit membahas tentang ulkus traumatikus, dimana ulkus traumatikus merupakan penyakit mulut yang sering terjadi baik orang dewasa maupun anak anak.



A. Definisi dan Etiologi
Ulser merupakan suatu defek dalam epitelium berupa lesi dangkal berbatas tegas serta lapisan epidermis diatasnya menghilang (6). Ulser atau ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang memperlihatkan diintegrasi dan nekrosis jaringan yang sedikit demi sedikit (11). Ulser didefinisikan sebagai putusnya kontinuitas suatu jaringan epitel (3). Traumatic ulcer adalah suatu ulser yang disebabkan oleh trauma (10).
Ulser rongga mulut sebagian besar disebabkan oleh trauma. Penyebab traumatic ulcer yang paling sering terjadi yaitu perlukaan mekanis (mechanical injuries), antara lain adanya pergerakan konstan otot-otot pengunyahan yang pada bagian mukosa rongga mulut terjadi gesekan dengan gigi dan objek yang keras yang melukai mukosa, dapat juga terjadi karena mukosa yang tergigit, iritasi dari orthodontic appliances, restorasi amalgam atau patahan protesa dan gigi. Makanan keras dan tajam yang melukai mukosa juga dapat menyebabkan traumatic ulcer. Tergigitnya mukosa oral secara tidak sengaja oleh gigi menjadi penyebab yang sering terjadi. Ulser bertambah parah jika hal ini terjadi berulang kali seperti pada saat mukosa teranestesi dan terasa kebas, sehingga tidak terasa mukosa tergigit (4,8).
Penyebab lain dari traumatic ulcer yaitu kebiasaan buruk mencungkil sisa makanan pada sela-sela gigi dengan menggunakan ujung kuku, serta perlukaan karena thermal dan kimia (thermal and chemical burns). Perlukaan pada mukosa yg diakibatkan oleh thermal yaitu makan makanan atau minum minumam yang terlalu panas, sehingga menimbulkan rasa terbakar pada rongga mulut (thermal burns), biasanya terjadi pada palatum keras atau bibir. Penyebab lain yang dapat menyebabkan ulser adalah instrumen dental yang panas dan mengenai mukosa oral. Chemical burns terjadi karena aspirin yang seharusnya dikonsumsi (diminum) diletakkan pada vestibulum, dan berkumur dengan larutan yang mengandung astringent (4,13).

B. Gambaran Klinis Traumatic Ulcer
Ulser traumatikus merupakan ulserasi dengan penyebab yang jelas. Gejala ditandai dengan ketidaknyamanan yang muncul 24 atau 48 jam setelah trauma pada jaringan lunak dalam rongga mulut. Ulserasi yang timbul tergantung dari agen penyebab trauma dan lokasi tergantung dari daerah yang terkena trauma. Gambaran klinis dari ulser traumatikus adalah ovoid, berwarna putih kekuningan dan dikelilingi daerah eritema yang iregular. Ulser biasanya sembuh tanpa berbekas dalam 10-14 hari, secara spontan atau setelah menghilangkan penyebab. Apabila ulser terjadi karena panas atau agen thermal, ulser yang terbentuk biasanya lebih kecil dan terjadi pada palatum durum dan bibir, biasa terjadi pada remaja dan orang tua. Area ulserasi akan terlihat eritema dan terasa empuk kemudian akan terbentuk ulserasi beberapa jam setelah trauma, dibutuhkan waktu beberapa hari agar ulserasi tersebut sembuh tergantung dari keluasan ulser (6,13).

C. Diagnosis
        Diagnosa ditegakkan dengan anamnesa mengenai gejala penyebab lesi dan tanda klinis yang muncul. Apabila pasien dapat menyebutkan penyebab dari ulserasi yang timbul dan ulserasi sembuh tanpa meninggalkan bekas setelah 1-2 minggu, maka tidak ada yang perlu dilakukan terhadap lesi. Namun apabila setelah 2 minggu lesi tidak juga sembuh atau terbentuk supurasi karena infeksi sekunder, maka perlu dilakukan biopsi untuk mengetahui adanya kemungkinan keganasan pada lesi atau terjadi infeksi jamur pada pasien immunocompromised (6,9).

D. Diagnosis Banding (Reccurent Aphtous Stomatitis)
Reccurent Apthous Stomatitis (RAS) merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh ulkus rekuren pada mukosa oral dan orofaring. Penyebab RAS sering dikaitkan dengan trauma, stress, faktor mikroba, bakteri, beberapa jenis makanan, drug reaction, defek imun, ketidakseimbangan hormon, kebiasaan merokok, defisiensi vitamin B, kelainan gastrointestinal, dan inflammatory bowel disease (IBD) (12). RAS diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinisnya, yaitu:
1.      Recurrent Apthous Stomatitis minor
     RAS minor cenderung terjadi pada mukosa bergerak, yaitu pada mukosa bibir dan pipi, dan jarang terjadi pada mukosa berkeratin seperti palatum durum dan gusi cekat. RAS minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning keabuan dengan diameter ± 3-5 mm, tidak ada bentuk vesikel yang terlihat, tepi eritematous yang mencolok mengelilingi pseudomembran fibrinosa. Keluhan awal timbulnya ulkus ini yaitu rasa terbakar, diikuti rasa sakit hebat selama beberapa hari. Rekurensi dan pola terjadinya bervariasi. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan sembuh spontan tanpa pembentukan jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan penderita mengalami ulser multiple pada 1 periode dalam waktu 1 bulan (8).

2.      Recurrent Apthous Stomatitis mayor
RAS mayor merupakan bentuk yang lebih besar dari apthous minor, dengan ukuran diameter lebih dari 1 cm, ulser lebih dalam, dan lebih sering timbul kembali. Bentuk multiple, meliputi palatum lunak, fausea tonsil, mukosa bibir, pipi, dan lidah, kadang-kadang meluas sampai ke gusi cekat. Ulkus ini memiliki karakteristik, crateriform, asimetris dan unilateral, pada bagian tengah nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh dalam beberapa minggu atau bulan, dan meninggalkan jaringan parut.

3.      Recurrent Apthous Stomatitis herpetiform
RAS herpetiform secara klinis mirip ulkus-ulkus pada herpes primer. Gambaran berupa erosi kelabu berjumlah banyak, bergabung dan batasnya menjadi tidak jelas. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan timbul berkelompok 10-100 buah. Ulkus dikelilingi daerah eritematosus dan mempunyai gejala sakit. Biasanya terjadi hampir pada seluruh mukosa oral terutama pada ujung anterior lidah, tepi-tepi lidah, dan mukosa labial. RAS herpetiform sembuh dalam waktu 14 hari.

E. Terapi Traumatic Ulcer
Penatalaksanaan traumatic ulcer dengan menghilangkan penyebab dan menggunakan obat kumur antiseptik (contohnya klorheksidin 0,2 %) atau covering agent seperti orabase selama fase penyembuhan. Semua ulser traumatik harus ditinjau, jika lesi terus menetap lebih dari 10-14 hari setelah faktor penyebab dihilangkan sebaiknya dilakukan biopsi untuk memastikan adanya keganasan rongga mulut atau squamous cell carcinoma (5).
Menurut Houston(7),  perawatan lesi ulserasi bermacam-macam tergantung dari ukuran, durasi dan lokasi. Ulserasi akibat trauma mekanis atau termal dari makanan biasanya sembuh dalam 10-14 hari dengan menghilangkan penyebabnya. Penatalaksanaan terbaik untuk ulserasi yang berhubungan dengan trauma kimiawi yaitu dengan mencegah kontak dengan bahan kimia penyebabnya. Trauma elektris pada mukosa oral biasanya dirawat pada bagian luka bakar dan dipertimbangkan untuk pemberian vaksin jika perlu. Terapi antibiotik (biasanya penisilin) diberikan untuk mencegah adanya infeksi sekunder jika lesi yang terjadi parah dan dalam. Kebanyakan traumatic ulcer sembuh tanpa memerlukan terapi antibiotik. Terapi yang biasa diberikan yaitu:
·         Menghilangkan iritan atau penyebab
·         Menggunakan obat kumur
·         Mengonsumsi makanan yang halus dan lunak
·         Aplikasi kortikosteroid topikal
·         Aplikasi anestesi topikal
Tabel dibawah ini merupakan pilihan terapi untuk traumatic ulcer namun terapi yang diberikan tergantung tingkat keparahan dan frekuensi. Yang paling penting dalam terapi ini yaitu untuk menghilangkan ketidaknyamanan, menyembuhkan lesi ulseratif dan mencegah lesi tersebut terjadi lagi (5).

Jenis
Terapi
Antiseptik topikal
Chlorhexidine gluconate 0,2 %
·         Cara penggunaan: kumur selama 1 menit sebanyak 10 ml
·         Waktu: 2x sehari selama masih terdapat lesi sampai 2 hari setelah lesi sembuh
Povidon iodine 1 %
·         Cara penggunaan: kumur selama 30 detik sebanyak 10 ml
·         Waktu: 3-4x sehari
Analgesik topikal
Benzydamine hydrochloride
·         Cara penggunaan: kumur selama 1 menit sebanyak 15 ml
·         Waktu: 2-3x sehari, tidak boleh lebih dari 7 hari
Kortikosteroid topikal
Triamcinolone acetonide 0,1%
·         Cara penggunaan: dioles tipis pada luka
·         Waktu: setelah makan dan sebelum tidur
Antibiotik topikal
Chlortetracycline
·         Cara penggunaan: larutkan 1 kapsul dalam 10 ml air, kumur selama 3-5 menit
·         Waktu: 4x sehari namun tidak untuk terapi jangka panjang

Contoh Laporan Kasus

Komentar